Tuesday, January 28, 2020

Conecting Dengan ALLAH SWT





Satu saat saudaraku memintaku untuk bisa ketemu Syeikh Mustafa. Saat ini memang tidak mudah bertemu dg beliau, tapi akhirnya bisa dapet sela waktu meskipun cuma gak lebih dari 15 menit.

Saudaraku ini bisa dibilang Islam abangan. Gak terlalu getol berislam. Tapi dia orang baik.

Ada satu pembicaraan menarik yang mana aku bener-bener dapet pelajaran dari situ.

Syeikh bertanya ke saudaraku, “Kamu kalo bangun tidur jam berapa?”. Sambil senyum malu-malu saudaraku menjawab, “Jam 7 pagi, syeikh. Hehe”. Tapi Syeikh Mustafa nggak nge-judge. Tau sendiri kan kalo umat islam punya kewajiban subuhan.

Tapi Syeikh tidak menegur soal ini. Beliau hanya manggut-manggut.

 Kemudian berujar, “Mmm...kalo bisa bangunnya lebih pagi lagi. Barangkali jam setengah 6 atau jam 6”.

Wow, aku cukup terkesima juga melihat pendekatan Syeikh dalam hal ini. Lha coba aku yang bilang gitu, mungkin langsung di tegur.

Tapi beliau tau sedang berhadapan dengan orang yang islamnya masih sangat standard. Seperti dokter, dosis setiap pasien kan beda-beda.

Lalu selang berapa waktu saudaraku ditanya lagi, “Apa yang pertama kali kamu lakukan ketika bangun tidur?”. Saudaraku menjawab, “Seharusnya langsung sholat (subuh) ya syeikh?”.

Jawaban selanjutnya dari Syeikh Mustafa sangat mengena di aku sebagai orang yang hanya mendengar. Dan terlebih bagi saudaraku.

“Oh nggak. Bukan itu (sholat) yang mesti segera kamu lakukan.”
“Pertama kali yang mesti kamu lakukan setelah bangun adalah bersyukur. Jadi kamu connecting dulu dengan Allah, dengan rasa. Koneksi kamu dengan Allah itu lebih penting dari sholat.”

“Bukan sholat nggak penting. Sholat itu perlu. Tapi dengan adanya rasa yang tumbuh antara kamu dengan Allah, sholat menjadi bermakna”.
“Jadi rasa (syukur) itu mendahului sholat”.

Sampe sekarang nasehat Syeikh Mustafa di atas masih terngiang. Saudaraku klepek-klepek dibuatnya. Dia nggak nyangka kalo mendapat masukkan yang sebegitu halusnya menyentuh. Nggak usah dia, aku aja yang cukup sering ketemu Syeikh Mustafa juga nggak nyangka.

Tapi aku tahu Syeikh Mustafa selalu melakukan dua pendekatan sebagai seorang kyai/syeikh. Beliau tidak hanya memberi amalan2 atau wirid tertentu, tapi beliau juga melakukan pendekatan psikologis yang lembut. Terlihat dari cara beliau mentreat orang yang memang sudah lama belajar Islam dan yang masih awam. Tidak ada menghakimi. Tidak ada kekakuan syariat.

Kehadiran rasa lebih penting ketimbang sholat itu sendiri.

Pertemuan 15 menit itu merubah saudaraku selamanya. Setidaknya sampai detik ini.

Sholu alan nabi...

Sumber : Status FB SETA Pausa Makahekeum
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10218654715092956&id=1050338553

No comments:

Post a Comment